Nama : Nuril Febriansah
NPM : 16213680
Kelas : 2EA03
Analisis
SWOT adalah sebuah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk
mengevaluasi Kekuatan (Strength), Kelemahan (Weakness), Peluang (Opportunity),
dan Ancaman (Threat) yang terjadi dalam dalam intitusi atau lembaga yang
mengevaluasi dirinya sendiri maupun pesaing (dalam kasus ini adalah koperasi).
Kekuatan
(Strenght)
a. Anggaran
pembangunan yang cukup memadai
b. Komitmen
Pimpinan Kementerian Koperasi untuk menegakkan birokrasi yang efisien dan
efektif serta akuntabel
c. Dukungan
politik dari masyarakat, pemerintah daerah dan lembaga legislative (kebijakan
pro koperasi)
Kelemahan (Weakness)
a.
Terbatasnya sarana dan prasarana penunjang yang
persebarannya kurang merata dan kurang memadai
b.
Perspektif
pimpinan instansi pemerintah dan dunia usaha bahwa pemberdayaan koperasi
semata-mata urusan Kementerian Koperasi.
Peluang atau Kesempatan (Opportunity)
a.
Pulihnya
perekonomian nasional dari krisis ekonomi dan pertumbuhan ekonomi selama tahun
mendatang
b.
Otonomi
daerah yang lebih baik + perimbangan keuangan yang lebih adil serta kedekatan
pemda dengan permasalahan pelaku ekonomi di wilayahnya.
Ancaman atau Hambatan (Treats)
a.
Adanya
agenda neo liberalisasi dari dunia internasional lebih mudah mensinergikan sumber
daya yang ada di masyarakat dan dunia usaha untuk pemberdayaan koperasi di
Indonesia. Kendala utama mensinergikan potensi dan sumberdaya untuk pemberdayaan
koperasi Menciptakan peluang baru, iklim berusaha yang kondusif dan dukungan
perkuatan bagi Koperasi.
b.
Bertambahnya
pelaku pasar multinasional yang sangat inovatif dan mampu menyajikan produk dan
layanan yang lebih baik
Dalam
Manajemen Koperasi Perencanaan strategis adalah pengambilan keputusan saat ini
untuk koperasi yang akan dilakukan pada masa datang. Pengambilan keputusan
dalam organisasi Koperasi Indonesia harus mempertimbangka Sumber daya, kondisi
saat ini serta peramalan terhadap keadaan yang mempengaruhi koperasi dimasa
yang akan datang. Kita Bisa ambil Contoh Kondisi saat ini .
Untuk
melakukan perencanaan Strategis dalam koperasi maka pengurus koperasi harus
memperhatikan 4 aspek penting yaitu masa depan dan peramalanya, aspek
lingkungan baik internal atau eksternal, target kedepan dan terakhir strategi
untuk pencapaian target.
Organisasi
Koperasi seacara kelembagaan harus mempunyai perangkat organisasi koperasi yang
menjadi sarana dalam pencapaian tujuan koperasi. Perangkat fundamental dalam
perencanaan strategis yang kemudian menjadi kelengkapan organisasi yang wajib
ada adalah parameter-parameter idialisme dasar seperti; visi, misi, goal,
objektif,
Untuk
mempercepat percapaian Renstrak operasi diperlukan:
-Spesific (kekhususan)
-Measurable (Terukur)
-Achieveable (Dapatdicapai)
-Rationable (Rasiona l,dapat dipahami)
-Timeboun (Adalimit/ batas waktu)
Bagimana
cara menyusun Renstra Koperasi?
Renstra koperasi pertama kali kita rumuskan dengan 3
menjawab pertanyaan mendasar:
1. Dimana koperasi kita saat ini berada, dan akan
kemana arahan koperasi kita?
2. Kemana tujuan koperasi kita, ingin pergi kemana
koperasi kita.?
3. Bagaimana atau dengan apa koperasi kita pergi
atau mencapai tujuan tersebut?
Setelah kita berhasil mejawab ke 3 pertanyaan diatas
kita akan melakukan evaluasi organisasi koperasi dengan menggunakan Analisa
SWOT.
secara terperici tahapan menyusun Renstra koperasi
adalah sebagai berikut.
a. Melakukan
Analisa SWOT untuk koperasi Kita
Perumusan SWOT ditujukan sebagai dasar pembuatan
strategi. Analisa SWOT adalah pola evaluasi yang mengklasifikasikan kondisi
koperasi dengen SWOT yaitu Streght ( Kekuatan) Weakness ( Kelemahan koperasi
Kita ) Oportunity ( Peluang Koperasi kita) dan threat ( ancaman pada Koperasi )
. Pengurus harus mengkalsifikasikan hal2 ditas menjadi sebuah tabel yang
kemudian dijadikan dasar sebagai pengambilan keputusan dalam renstra
koperasi.Seorang pengurus koperasi harus paham betul kondisi koperasinya,
Pengurus harus mampu melakukan forecasting atau peramalan kondisi kedepan. Dari
forecasting ini kemudian di rumuskan asumsi-asumsi yang relevan. Dari pemetaan
kondisi dan permalahan inilah kemudian di rumuskan analisi SWOT Koperasi.
Proses pertama yang harus dilakukan adalah evaluasi diri, dari sini akan
ditemukan "strengths" dan weaknesses serta sumberdaya organisasi.
Kemdian analisa kondisi eksternal, seperti kondisi pasar, social, ekonomi dan
budaya akan meminculkan opportbunities dant hreats
b. Menentukan
target Koperasi.
Setelah analis SWOt koperasi selesai dilakukan
langjah berikutnya adalah menntukan target. Fase ini merupakan salah satubagian
terpenting dari penyusunan strategi koperasi. Target ini diperoleh dari proses
telaah realistis terhadap analisa SWOT yang telah ditentukan sebelumnya dan
target koperasi harus diyakini oleh seluruh komponen organisasi koperasi ,bahwa
koperas imampu mencapainya.
c. Perumusan
Strategi Koperasi
Fase ini adalah upaya penyusunan siasat untuk
menyelesaikan permasalahan koperasi sekaligus cara untuk pencapaian target
koperasi.
Hasil Renstra Koperasi biasanya berupa Garis-Garis
Besar program Kerja ( GBPK ) Koperasi yang juga harus disertai dengan
Perencanaan Anggaran Pendapatan dan Belenja Koperasi ( APBK) hasil perumusan
Renstra akan dibahas dan Disahakan di RAT Koperasi
Konsep
koperasi adalah konsep unik yang menjadikan 3 pilar utama bangunan ekonomi menjadi
sebuah kekuatan tunggal. Profil koperasi sangat berbeda dengan model-model
ekonomi kapitalistik yang semata-mata mengutamakan keuntungan. Karena kontur
dan profil yang berbeda itulah maka sentuhan manajemen koperasi (yang saya
sebut sebagai manajemen berbasis anggota) juga harus berbeda dan tidak bisa
dikelola persis seperti pola-pola penghembangan kapitalistik. Profil ini
seharusnya dipahami oleh setiap aktivis koperasi, karerna pada kenyataanya
begitu banyak koperasi di Indonesia yang dikelola “ala” kapitalis dan manculah
kapitalisasi koperasi salah satu indicator yang bisa kita lihat adalah
menjadikan SHU sebagai tolak ukur utama dlam menentukan kualitas sebuah
koperasi. Kesalahan paradigma inilah yang kemudian menjadikan koperasi
Indonesia tidak bias berkembang dengan baik. Fakta membuktikan betapa peran
koperasi dalam perolonomian bangsa masih sangat kecil. Di Indonesia koperasi
tidak bias berkembang dengan cukup baik kenapa seperti itu? Kita akan
membahasnya pada bagian lain. Kondisi yang kontras terjadi di Negara-negara
maju. Di Jepang misalnya koperasi bahkan mampu bersaing dengan peritel besar
seperti carefour, hipermart dll kenapa? Karena koperasi konsumen jepang
menggunakan konsep menejemen berbasis anggota tidak sekedar berbasis pelanggan.
d. Berfikir
Logis tentang manajemen koperasi.
Apakah anda juga pernah berfikir bahwa koperasi,
kopma UGM terutama bisa berkembang jika di manage dengan filosofi dasar seperti
mirota atau carefour? Coba buang pikiran anda jauh-jauh,pola fikir inilah yang
menyebabkan banyaknya praktek kapitalisasi koperasi. Sekali lagi koperasi
mempunyai profil yang berbeda dengan kapitalis sehingga sentuhanya juga harus
berbeda. Sudah menjadi SunnatuLLah kiranya jika sesuatu yang berbeda harus
diperlakukan berbeda jika diperlakukan sama tentu malah akan merusaknya.
Sudah di sampaikan didepan salah satu praktek
kapitalisasi adalah meletakan SHU sebagai tujuan utama berkoperasi, artinya
koperasi dianggap baik jika SHU tinggi, jadi segala upaya dikerahkan untuk
mencapai SHU setinggi-tingginya. Apa tidak boleh SHU tinggi, tentu saja bisa,
yang salah kemudian adalah jika cara untuk mencapai SHU tinggi itu adalah
menafikan atau mengesampingkan mensejahterakan anggota yang sesunggungnya
melalui proses usaha. Dalam hal ini koperasi sama saja dengan PT yang mengejar
keuntungan sebesar-besarnya dlam bentuk deviden, semakin besar deviden PT
dianggap semakin bagus. Mari kita sedikit berlogika tentang hal ini dengan
studi kasus di Kopma UGM. Koperasi Konsumen dengan Omzet 10 Milyar pertahun
Tujuan koperasi adalah mensejahterakan anggota.
Dalam konteks ekonomi yang sesungguhnya sebuah keluarga atau individu dikatakan
pra sejahtera apabila memperoleh pengahasilan Lebih dari 1 US Dollar atau
bolehlah kita naikan saja menjadi Rp. 10.000,- perhari atau sekitar RP
250.000,-/bulan. Ini artinya untuk menjadi pra sejahtera saja 1 orang
membutuhkan Rp. 3.000.000,- setahun. Jika anggota Koperasi 1000 orang maka
koperasi harus menghasilkan Rp. 3 Milyar setahun. Jika keberhasilan koperasi
untuk mensejahterakan anggota dinilai dari SHU berapa banyak koperasi dengan
SHU 3 milyar? Tidak banyak,Untuk mencapai SHU sebesar itu (diasumsikan SHU 10%
dari Omzet, kenyataanya rata-rata hanya sekitar 2% dari omzet) di Indonesia
maka koperasi harus beromzet minimal Rp 300 milyar setahun ini omzet perusahaan
berskala nasional di negri ini hanya beberapa gelintir kopersi yang mampu
mencapai omzet sebesar itu. Ini juga artinya koperasi akan sangat sulit
mensejahterakan anggotanya berpu berpuluh-pulah tahun untuk mencapainya, wajar
jika orang tidak tertarik berkoperasi. Lain halnya dengan kapitalis. Sebuah
perusahaan yang berbasis capital pemiliknya biasanya perorangan artinya
keuntungan perusahaan hanya akan dinikmati sendiri. Jika sebuah usaha hanya
beromzet Rp. 500 jt/ pertahun dengan kuntungan usaha rata-rata 10 % atau atau
Rp.50 juta /tahun atau Rp 4 Juta perbulan ini orang sudah sangat masuk kategori
sejahtera bukan prasejahtera lagi. Coba bandingkan Koperasi dengan 1000 anggota
(Koperasi dianggap besar bila mempunyai anggota lebih dari 5000 orang) saja
harus beromzet 300 milyar untuk membuat anggotanya masuk kategori pra sejahtera
sedangkan kapitalis hanya membutuhkan omzet 500 juta untuk membuat seseorang
memperoleh pendapatan 16 kali dari anggota koperasi. Kalo begini siapa yang mau
berkoprasi? Artinya jika Pemahaman kesejahteraan koperasi hanya mengejar SHU
seperti halnya kapitalis yang mengejar keuntungan sebesar-besarnya, maka
koperasi tidak logis untuk mampu mensejahterakan anggota
Referensi :